Thursday, April 17, 2014

Cara Membangun Karakter Dalam Diri


               Cara membangun karakter dalam diri – Manusia diciptkan Tuhan dengan ditempatkan sebagai mahluk yang paling sempurna di dunia ini. manusia diberikan akal dan hati nurani untuk berfikir dan menemukan serta membangun pribadi yang baik dan berbudi. Namun, kita semua tahu bahwa setiap manusia lahir sudah dibekali bakat dan kemampuan masing-masing. Watak dan karakter manusiapun berbeda-beda. Kita hanya tinggal mengasah bakat dan kemampuan itu serta membangun karakter dalam diri kita sebaik-baiknya agar tujuan hidup kita tercapai dengan baik.

               Empat Koridor Pembangunan Karakter Bicara mengenai tata nilai, pada kondisi dewasa ini kita selalu mendewakan masalah uang, materi, dan masalah duniawi sehingga timbul situasi menyedihkan yang seakan-akan menggambarkan bahawa semuanya bisa dibeli. Kita bisa membeli apa saja, termasuk pangkat, jabatan, kedudukan, gelar kesarjanaan, dan lain-lain.

Antonim Scalia (seorang hakim tinggi di Amerika) membuat kata bijak tentang karakter. Beliau mengatakan bahwa:

“The only thing in the world not for slae is character.”
Artinya: satu-atunya yang tidak dapat dibeli di muka bumi ini adalah karakter.

                Jelas kalau karakter itu tidak dapat dibeli, padahal sangat penting dan diperlakukan dalam menentukan arah dan tujuan hidup kita, kita harus menumbuhkembangkannya sendiri melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan. Semua dilandasi dengan kesadaran dan kemauan kuat untuk mengembangkannya.

                Character building is a never ending process; sejak didalam kandungan ibu sampai ahirnya kita meninggal semestinya kita selalu melakukan pembangunan karakter.

Dalam pembangunan akarakter, paling tidak ada empat koridor yang perlu dilakukan, yaitu:

1. Internalisasi tata nilai
2. Menyadari mana yang boleh dan mana yang tidak boleh (The does and the don’ts)
3. Membentuk kebiasaan (habit forming), dan  
4. Menjadi teladan (Role model) sebagai pribadi berkarakter.

Puisi Law of The Harvest ( Hukum Panen)

                  Mari temukan dan bangun karakter dengan cara membangun karakter dalam diri kita yang memang sudah ada sejak kita dilahirkan. Karakter adalah hasil dari kebiasaan yang kita tumbuh kembangkan. Untuk membangun karakter yang perlu kita lakukan adalah membentuk kebiasaan (habits forming) yang berarti kita harus menanamkan pada diri kita kebiasaan-kebiasaan yang baik.

                  Karakter itu perlu dengan sengaja dibangun, dibentuk, ditempa, dan dikembangkan serta dimantapkan. Empat koridor membangun karakter ini sangat sesuai dengan acuan yang dituliskan oleh Samuel Smiles dalam puisinya yang berjudul:

Law of The Harvest

Sow a thought
Reap an action
Sow an action
Reap a habit
Sow a habit
Reap a character
 Sow a character
Reap a Destiny

 Hukum Panen

Tanamlah pemikiran
Kamu akan menuai tindakan
Tanamlah tindakan
Kamu akan menuai kebiasaan
Tanamlah kebiasaan
Kamu akan menuai karakter
Tanamlah karakter
Kamu akan menuai nasibmu

                     Kita ketahui bahwa membangun karakter sangat dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan kecil, yakni dalam keluarga, dalam masyarakat, dan meluas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan dalam kehidupan secara global.
Apabila kita melihat pembangunan karakter yang merupakan proses tiada henti, maka dalam kehidupan kita dapat dibagi empat tahapan pembangunan karakter, yaitu:

1.     • Pada usia dini, kita sebut sebagai tahap pembentukan
2.     • Pada usia remaja, kita sebut sebagai tahap pengembangan.
3.     • Pada usia dewasa, kita sebut sebagai usia pemantapan
4.     • Pada usia tua, kita sebut sebagai tahap pembijaksanaan.

                    Dalam pembentukan karakter, sangat diperlukan perhatian yang lebih pada pendidikan anak usia dini. Jadi pendidikan dasar khusunya usia dini pada anak sangat penting dan merupakan tonggak awal pembentukan karakter dari seseorang. Pendidikan yang baik dan benar di usia dini maka akan membentuk karakter yang baik pula nantinya ketika anak sudah dewasa. Orang tua harus benar-benar ikut andil dalam pembentukan karakter anak di usia dini ini.

                    Hati-hati, kondisi keluarga yang tidak harmonis dan sering mengalami broken dan diketahui anak ini juga berpengaruh terhadap karakter anak khusunya mental. Keluarga menjadi hal yang paling penting dalam membentuk karakter. Keluargalah yang harus melakukan transformasi tata nilai dalam kehidupan anak.

Jadi, mari membangun karakter dalam diri dan temukan kebaikan dalam kehidupan ini.

“Pohon tumbuh dari biji, sesungguhnya di dalam biji sudah ada pohon. Tinggal bagaimana kita menyemainya".
 
 
Sumber : http://www.belajarkreatif.net/2013/10/cara-membangun-karakter-dalam-diri.html

Friday, April 4, 2014

Seragam, Atribut dan Arti Lambang Purna Paskibraka Indonesia (PPI)




       Pada tahun 1973, Idik Sulaeman melahirkan nama Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Bukan itu saja, Idik juga menciptakan seluruh atribut yang sampai sekarang dapat dilihat dalam seragam Paskibraka. Atribut itu mulai dari pakaian seragamnya sendiri, sampai Lambang Anggota Paskibraka, Lambang Korps Paskibraka dan Tanda Pengukuhan. Sebelum tahun 1973, Paskibraka tidak mempunyai Lambang Anggota maupun Lambang Korps yang dapat dibanggakan. Berikut ini penjelasan tentang bentuk dan makna setiap atribut.

 
        Sejak semula saat dimulai membentuk pasukan percobaan penggerek Bendera Pusaka tahun 1967, pakaian seragam pasukan ini ditetapkan putih-putih, sedangkan warna merahnya hanya digunakan sebagai aksen berupa kacu penutup leher bagian depan seperti biasa digunakan prajurit ABRI/TNI kalau menggunakan seragam lapangan upacara. Warna putih dipilih sebagai makna kesucian dalam melaksanakan tugas pokok mengibarkan dan menurunkan Bendera Pusaka Merah Putih. Sebelum tahun 1981, model pakaian seragam Paskibraka cukup sederhana, dan masih tampak penonjolan keremajaannya: Putra dengan kemeja putih lengan panjang yang bagian bawahnya dimasukkan ke celana panjang putih dengan ikat pinggang juga berwarna putih; Putri dengan kemeja lengan panjang dengan bagian bawah model jas. Tetapi setelah tahun 1981 dan seterusnya sampai sekarang, dengan alasan disamakan modelnya dengan seragam ABRI/TNI dari kelompok 45/pengawal, seragam Paskibraka mengalami perubahan. Paskibraka putra menggunakan kemeja model jas dengan gesper lebar dari kain, sementara Paskibraka putri tidak berubah. Dengan tampilan baru ini, Paskibraka memang kehilangan penampilan remajanya dan terlihat seperti orang dewasa.


         Lambang Anggota Paskibraka dikenakan di kelopak bahu baju berupa kontur warna perak di atas bulatan putih yang diletakkan pada segi empat berwarna hijau. Semula, pada kelopak bahu seragam Penggerek Bendera dikenakan lambang dengan tanda ciri pemuda dan Pramuka —karena kedua unsur inilah yang menjadi pendukung pasukan. Lambang untuk pemuda berupa “bintang segilima besar” sedangkan untuk Pramuka berupa “cikal kelapa kembar”. Namun, penggunaan “dua sejoli” lambang itu mendapat kritikan negatif dari sejumlah pihak yang “kurang” senang dengan keberhasilan dan popularitas pengibar bendera pusaka yang begitu cepat naik. "Bintang Polisi kok masih dipakai," kata satu pihak. "Lambang Pramuka tidak benar digunakan tanpa mengenakan seragam Pramuka!" seru yang lain pula. Itulah yang kemudian mendorong Idik Sulaeman merancang Lambang Anggota Paskibraka yang baru dan dapat menggambarkan siapa sebenarnya para anggota Paskibraka itu. Lambang anggota Paskibraka adalah setangkai bunga teratai yang mulai mekar dan dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk bulat dan belah ketupat. Mata rantai bulat berjumlah 16, begitu pula mata rantai belah ketupat. Bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas permukaan air bermakna bahwa Anggota Paskibraka adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa), dari tanah air yang sedang berkembang (mekar) dan membangun. Tiga helai kelopak bunga tumbuh ke atas bermakna “belajar, bekerja dan berbakti”, sedang tiga helai kelopak ke arah mendatar bermakna “aktif, disiplin dan gembira”. Mata rantai yang saling berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok (16 penjuru angin) tanah air. Rantai persaudaraan tanpa memandang asal suku, agama, status sosial dan golongan akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat, sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka. Untuk mempersatukan korps, Paskibraka di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota ditandai dengan Lambang Korps yang sama. Untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Lambang Korps harus ditambahi dengan tanda lokasi terbentuknya pasukan. Sebelum tahun 1973, Lambang Korps Penggerek Bendera berupa lencana berbentuk perisai dari bahan logam kuningan dengan gambar sangat sederhana: di tengah bulatan terdapat bendera merah putih dan di luar lingkaran terpampang tulisan “PASUKAN PENGEREK BENDERA PUSAKA”.

         Sejak 1973 sampai sekarang, Lambang Korps Paskibraka dibuat dari kain bergambar atau bordir yang langsung dijahitkan di lengan kanan seragam. Bentuknya perisai berwarna hitam dengan garis pinggir dan huruf berwarna kuning yang bertuliskan ”PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA” dan tahun pembentukan pasukan (di ujung bawah perisai). Di dalam perisai terdapat lingkaran bergambar sepasang anggota Paskibraka dilatarbelakangi Bendera merah putih yang berkibar ditiup angin dan tiga garis horison atau awan. Makna dari bentuk dan gambar Lambang Korps Paskibraka adalah sebagai berikut:

  1. Bentuk perisai bermakna "siap bela negara" termasuk bangsa dan tanah air Indonesia, warna hitam bermakna teguh dan percaya diri.
  2. Sepasang anggota Paskibraka bermakna Paskibraka terdiri dari anggota putra dan anggota putri yang dengan keteguhan hati bertekad untuk mengabdi dan berkarya bagi pembangunan Indonesia.
  3. Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan utama Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya, termasuk Paskibraka.
  4. Garis horison atau awan tiga garis menunjukkan ada Paskibraka di tiga tingkat, yaitu nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
  5. Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiap anggota Paskibraka. 




 
           Sebagai tanda berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat Perintis/Pemuka (sebagaimana juga berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda/Kepemudaan tingkat lain) setiap peserta dikukuhkan oleh Penanggungjawab Latihan dengan pengucapan ”Ikrar Putera Indonesia” sambil memegang Sang Merah Putih dan kemudian menciumnya dengan menarik nafas panjang sebagai "kiasan" kesediaan untuk senantiasa setia dan membelanya. Tanda pengukuhan berupa kendit atau pita/sabuk dibuat dari kain. Kendit adalah tanda ksatria pada zaman dahulu yang mengikrarkan kesetiaannya kepada kerajaan. Sebagai pemegang kendit, para peserta latihan pun diharapkan memiliki sifat ksatria dalam pemikiran, perkataan dan perbuatannya seharihari. Awalnya, pada latihan untuk Pasukan pertama sampai keempat (1968–1971) kendit Tanda Pengukuhan masih polos dengan dua warna, masing-masing hijau untuk anggota pasukan dan ungu untuk para penatar/pembina. Karena kendit warna polos menyerupai sabuk kecakapan olahraga beladiri, maka oleh Idik Sulaeman disempurnakan menjadi kendit bermotif Motif tersebut berupa gambar rantai bulat dan belah ketupat seperti pada Lambang Anggota, dengan jumlah masing-masing 17 untuk rantai bulat dan rantai belah ketupat. Setiap mata rantai bulat maupun belah ketupat diisi dengan huruf yang membentuk kalimat ”PANDU INDONESIA BER-PANCASILA”.

      Semula, ukuran lebar dan panjang kendit adalah 5 cm dan 17 dm, untuk melambangkan angka tanggal 17 (dari 17 Agustus 1945) dan 5 (jumlah sila dalam Pancasila). Namun, karena kesulitan teknik pencetakan motifnya, ukuran kendit baru dengan motif rantai dan huruf diubah menjadi lebar 5 cm dan panjang 14 dm (140 cm). Tanda pengukuhan berupa lencana digunakan untuk pemakaian harian. Sebelum 1973, lencana ini hanya berupa merah putih —tanpa gambar garuda— dengan ukuran tinggi 2 cm dan panjang 3 cm. Lencana yang dipakai sejak 1973 sampai saat ini berbentuk persegi berukuran tinggi 1,8 cm dan panjang 4 cm, dengan tanda merah-putih di sebelah kanan dan Garuda di sebelah kiri (dilihat dari sisi pemakainya, bukan dari depan). Ukuran lencana untuk Penatar (warna ungu) sedikit lebih kecil, yakni tinggi 1,5 cm dan panjang 3,5 cm. Warna dasar di belakang Garuda disesuaikan dengan jenis latihannya, atau dengan kata lain sama dengan warna dasar kenditnya.

Sumber : http://filmioilyanti.blogspot.com/2013/05/seragam-atribut-dan-arti-lambang-purna.html